Gambar dari sini |
Oleh: Hendra Saputra
Sudah tentu harapan
besar untuk mewujudkan Jawa Tengah (Jateng) menjadi lebih baik lagi diletakkan pada
pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, yakni Ganjar Pranowo - Heru
Sudjatmoko yang baru dilantik pada bulan Agustus kemarin. Karena pada keduanya
lah bergantung nasib dan regulasi mengenai kebijakan di Jateng selama lima
tahun ke depan.
Dengan visi, misi, dan serangkaian program unggulan
yang dicanangkan oleh pasangan tersebutlah. Patutnya sebagai warga Jateng kita
juga wajib hukumnya untuk mengapresiasi dan mendukung hal itu. Agar cita-cita
menjadikan Jateng yang berdikari sesuai dengan visi dari pasangan tersebut bisa
terwujud.
Sebuah visi yang mempunyai makna menjadikan Jateng
yang bisa mandiri dan berdiri dengan kakinya sendiri. Adapun langkahnya dengan
membangun ekonomi kerakyatanan, mewujudkan pemerintahan yang bersih, jujur, dan
transparan dalam pelayanan publik serta memperkokoh jati diri Jateng itu
sendiri, baik dari sikap masyarakatnya (baca:gotong royong dan tepa slira),
keseniannya, budayanya, maupun dalam bidang lainnya.
Lebih lanjut, dalam realisasinya pun kiranya
Gubernur dan Wakilnya patutnya mengingat perkataan Wodrow Wilson, mantan
Presiden Amerika Serikat yang berkata bahwa “telinga seorang pemimpin harus mampu
menangkap suara orang banyak". Sebab
idealnya,
seorang pemimpin adalah ia yang memiliki “telinga”. Telinga yang tidak hanya
bisa digunakan untuk mendengar, melainkan juga mampu untuk mendengarkan.
Sebagaimana takdir Tuhan yang telah menciptakan ia sepasang. Ia yang berada di
kanan dan kiri kepala masing-masing orang.
Berbeda
dengan mulut yang hanya diciptakan satu dalam setiap badan. Pastinya penetapan
seperti itu juga ada maksudnya, yaitu agar manusia lebih banyak mendengarkan
ketimbang berbicara. Dengan tidak mengumbar kata seenak udelnya sendiri (baca:
janji palsu), tanpa bukti, tanpa dasar. Karena bagaimanapun juga, pemimpin yang baik adalah ia yang bisa menjadi pendengar
yang baik bukan?
Maka
dari itu, mulut dan telinga perlu dipelihara. Apalagi bagi seorang pemimpin
yang telinganya tentu saja harus dibuka, sehingga ia kan menyimak dengan benar.
Tentang hal-hal yang tak terekspresikan, tak terkatakan, tak terungkapkan oleh
hati dan lisan. Barulah, bila ia sudah mendengar dan paham betul apa yang salah
serta perlu dilakukan. Tentu saja, ia kan mampu memuaskan segala kebutuhan para
pengikutnya.
No comments:
Post a Comment