Sunday, July 29, 2012

TRIP TO JOGJA


TRIP TO BALI JOGJA
(Sareng Konco2 TBI 2010)


In this Summer…. Begitu kata soundtrack Euro 2012 yang dinyanyiin ama Oceana-Endless Summer..
..

I Love Baliiii
Nah, Di musim panas kali ni gue sama temen2 kelas TBI angkatan 2010 jg jalan2 ke Bali, ehh… Bukan Mbali ndeng, tapi Jogja.
Horreeee…..

Jogjaaa….. #gaya Iklan

Borobudur cuyy

Prambanan

Paris


G. Merapi

Stop!! Udah jangan mengkhayal muluk2 sampe ke Borobudur aplagi G. Merapi. Karena meskipun kami ke Jogja, kami ndak kesitu. Hiks…
Soalnya kenapa? Ada yang tau??
…………………………………………………….

Ya benar, karena kanker alias kantong kering. Makanya kami pun g mengunjungi tempat-tempat itu tadi.
Tapi gpp, cz tempat yg kami kunjungi juga g kalah seru dan mengesankan kok. Mau tahu kami kemana aja??
Yukkszz, cekiprott….!?

Pemberangkatan
Kami berangkat sekitar jam 7.an lebih dari Kampus 2 IAIN Walisongo Semarang. Busnya.. lumayan keren si, AC, ada Snack-nya juga. Ini foto2 kami di bus pas mau pemberangkatan.

Lumayan... buat jajan entar

Di dalam Bus

Pose 1
Pose 2

pose 4

Wahhh,,,,, ketahuan niii... hehe

Aalllllaaaa......lliiiii....lloooooooooo

Setelah nyampe di Jogja kamipun segera meluncur ke Pantai Baron. Gue sempet bingung, kami kan mau ke pantai kan bukannya gunung, tapi medan yang kami lewati itu kayak perbukitan gitu. Jadi kami pun harus naik-turun, ngelewatin kayak hutan-hutan gitu juga dijalan.
 Nah, sekitar jam 12.n lebih kami dah nyampe di P. Baron. Ini foto2-nya.

Baru nyampe TKP

Foto2 sik

Langsung, kami menjalankan kewajiban sbg seorang muslim. Yaitu, salat dhuhur. Barulah habis itu kami makan. Soale wis keencot bangettt!!
Lumayan murah lah menurut ku, walaupun rasa makanannya kurang sesuai dilidah sebetulnya kalo menurut gue.
Mie Ayam       : 5.000
Bakso              : 5.000, dll
Dan aneka minuman yg harganya rata-rata Rp. 2.000,00-.
Mantabzzz


Oke kami persembahkan, inilah Pantai Baron:

hemmmmm

Ngene... tak tinjune lal sikil mu

Pecot...tottt

waaaaa

horeeee

Anak siapa ya ituuu??

Ini foto-foto di Pantai Kukup:

Waww... Ieww bangettt

Kasihan amu Dho.. hee

Zuhriii!!!? hee

??


Nahh, setelah puas. Akhirnya menjelang jam 5.n kami pun mau melanjutkan perjalanan ke Malioboro. Ya, itulah destinasi terakhir kami.
Jam 8.n kami nyampe di Malioboro. Nah ada kejadian lucu disini.
Ketika kami akan menyeberang kami kan melihat kayak ada karya seni rupa berbentuk kalajengking dipinggiran jalan. Nah, teman-teman itu girang banget kayak g pernah ngelihat ajah. Akhirnya sama orang yang lewat pun dikatain, “Ndeso banget sich!?”.

Ya Allah, sbg gue yg notabene lahirnya di Jakarta terpukul banget yakiinnn..
Sakkiiittt………

Malioboro

Oke, seusai puas di Malioboro dan capek. Akhirnya kami pun pulang ke Semarang lagi.
Baybayyy Jogja…….. . . J

Perjalanan ini disponshori oleh:
Canon

Bank Danamon

Majalah Nasional Co-Ker

Sunday, July 22, 2012

Pendidik Oh Pendidik




Oleh: Hendra Saputra


Pendidik atau guru merupakan profesi yang mulia, sebab ditangannyalah para generasi penerus bangsa dipersiapkan untuk menyongsong masa depan negaranya. Dari guru pulalah kader-kader calon pemimpin bangsa ini juga akan lahir. Maka dari itu, guru yang kata sebagian orang merupakan kepanjangan dari “digugu dan ditiru” ini memiliki peran sentral dalam proses pembangunan suatu bangsa.
         Hal itu pernah dibuktikan oleh Jepang, ketika dahulu mereka dijatuhi bom atom. Mereka tak menyerah begitu saja dengan keadaan tersebut. Malahan langkah pertama yang dilakukan Kaisar Jepang pada waktu itu ialah mengumpulkan seluruh guru yang masih hidup. Lalu memberdayakan mereka untuk mendidik para pemegang estafet nasib bangsa selanjutnya. Sungguh luar biasa bukan? Dan hal itu terbukti berhasil, dengan sekarang Jepang tetap menjadi bangsa yang memiliki pengaruh besar di dunia.
         Oleh karena itu, memanglah benar jika pendidik adalah seseorang yang sangat berpengaruh bagi maju mundurnya suatu bangsa. Karena dari guru juga lah seseorang akan mendapatkan ilmu yang berguna bagi kehidupannya. Mengingat, tak akan ada seorang profesor ataupun dokter yang terlahir bila tiada guru yang mengajarinya terlebih dahulu. Iya kan?


Orientasi yang Salah
Tetapi, dewasa ini malah tak banyak mahasiswa yang berminat untuk menjadi guru. Meskipun bertebaran lulusan mahasiswa sarjana pendidikan, namun tetap saja banyak dari mereka menekuni bidang yang tidak ada hubungannya dengan jurusannya. Sebab banyak ditemui disekitar kita, para sarjana pendidikan malah bekerja disebuah Bank atau perkantoran. Bukankah itu aneh? Padahal pas kuliah mereka sudah menjatuhkan hati pada jurusan yang berhubungan dengan bidang pendidikan. Lantas, kenapa malah sesudah lulus mereka berpindah haluan?
Kemungkinan ada beberapa faktor yang melatar belakangi hal itu terjadi. Yang pertama, karena mereka kuliah/memilih suatu jurusan itu hanyalah ikut-ikutan semata ataupun tidak sesuai dengan minat mereka sebenarnya. Maka dari itu, dalam menjalani perkuliahan pun mereka kurang semangat dan termotivasi. Sehingga setelah lulus pun mereka seperti belum ikhlas bila menjadi seorang guru.
        Kedua, karena mereka ingin memilih jalan aman dengan menjadi guru. Sebab tak dapat dipungkiri, dengan menjadi guru maka ia pun akan bisa menjadi pegawai negeri sipil yang gajinya sudah terjamin meskipun ia sudah pensiun kelak. Dan saat di tengah jalan akhirnya mereka sadar, kalau itu bukanlah jalan hidup mereka. Ketiga, yaitu karena sudah tak ada pilihan lain lagi. Oleh karena itu, ia pun merelakan diri untuk terjun ke jurusan pendidikan. Padahal hatinya tidak dijurusan tersebut. Namun, bisa apa lagi karena di jurusan yang lainnya ia belum diterima. Kemudian, alasannya bekerja tidak menjadi guru bisa jadi dilatar belakangi karena ketika kuliah mereka menemukan jati diri mereka, yang memang bukan menjadi guru.
        Padahal sesungguhnya jurusan sebagai pendidik adalah jurusan yang bukan untuk main-main dan coba-coba. Oleh karena itu, sudah saatnyalah para generasi bangsa memantapkan hati dengan jurusan yang sesuai dengan minatnya. Sehingga orientasi nantinya setelah lulus pun akan jelas dan benar sesuai keinginan hati.


Butuh Panggilan Jiwa
         Mungkin memang benar, butuh panggilan jiwa untuk menekuni profesi sebagai seorang pendidik. Sebab tak dapat dipungkiri bahwa tanggungjawab seorang guru itu amatlah besar. Apalagi bila guru itu ditugaskan di suatu pelosok daerah yang terpencil, sudah pasti seorang sarjana itu akan berpikir seribu kali untuk mengiyakannya. Apalagi gaji guru didaerah pelosok tak begitu besar,  lain bila seorang guru tersebut mengajar di kota.
Padahal menjadi guru sama saja mengabdikan diri sepenuh hati, jiwa dan raga untuk menciptakan generasi masa depan yang lebih andal. Pada prinsipnya pun profesi guru adalah pilihan sadar dan panggilan jiwa. Untuk itu, profesi guru tak boleh hanya dijadikan paradigma dalam opsi pekerjaan terkahir. Dengan alasan tak ada pekerjaan lainnya yang menjanjikan. Sehingga kemudian seseorang itu pun akan dengan terpaksa menjadi seorang guru. Ataupun dengan menganggap menjadi guru maka penghidupan kita akan terjamin.
         Maka dari itu, sudah seharusnyalah menjadi seorang guru itu memang benar-benar berasal atas kemauannya. Karena tak dapat dipungkiri, kalau tanggungjawab yang akan diemban itu amatlah berat. Harus mencerdaskan peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan, dan hal itu pun tidak cukup berhenti sampai pada knowledge-nya semata, melainkan seorang pendidik juga berkewajiban untuk transfer of value kepada siswa-siswanya.             
          Akhirnya, penulis pun hanya bisa berharap semoga julukan yang disematkan kepada seorang pendidik, yaitu pahlawan tanpa tanda jasa benar-benar masih dipegang kuat oleh para pendidik bangsa ini. Jadi, mereka mendidik tidak berdasarkan uang, keterpaksaan, ataupun mencari jalur aman. Tapi, memang karena itulah panggilan jiwa mereka sebagai seorang pendidik.

Friday, July 20, 2012

Kuliah Atau Kerja ya??


Foto dari sini

            Rahasia kesuksesan bagi setiap orang dalam hidup adalah menempati posisi siap ketika sebuah peluang datang, begitulah kata Benyamin Desraili seorang sastrawan asal Inggris. Alasannya jelas, karena peluang emas jarang bahkan tak akan terulang untuk kedua kalinya. Oleh sebab itu, setiap waktu dan kesempatan yang datang adalah suatu hal yang tak ternilai harganya. Yang sudah semestinya digunakan semaksimal mungkin guna meraih sukses kehidupan.
Hal itulah yang mungkin sedang diterapkan oleh para mahasiswa dewasa ini. Para mahasiswa yang marak menggeluti profesi sampingan selain status sosial sebagai pelajar yang disandangnya. Ada yang menjadi wiraswasta, seperti berjualan pulsa, baju, makanan, dan sebagainya. Ada pula yang menggeluti pekerjaan semisal jadi guru ngaji, guru les private, pembicara, penulis lepas sampai bisnis multi level marketing pun masih banyak yang menekuni.
            Mengingat, memang masa-masa seperti ini harus dioptimalkan sebaik mungkin sebelum nantinya lulus meninggalkan kampus tercinta. Karena pada masa-masa inilah jati diri dan semangat juang yang membara sedang berkobar-kobarnya. Pada waktu ini pula, masa depan seorang mahasiswa mulai menemukan arahnya. Jargon “selagi muda, apa salahnya mencoba-coba!” itupun seakan selalu ingin dipraktikan oleh generasi penerus bangsa ini.
Melalui kampus yang notabene adalah kawah candradimuka bagi setiap individu, baik untuk mengasah potensi diri maupun intelektualisasi pemikiran. Ternyata selain itu kampus juga memiliki potensi lain yang sebetulnya sangat menguntungkan mahasiswa, yaitu dengan berbagai fasilitas pengembangan softskill dan jaringan yang tersedia. 
Lewat hal inilah aneka pikiran kreatif dan bakat mahasiswa dapat terasah dan tersalurkan. Baik untuk pengasah skill sesuai bakat minatnya maupun akses atau jaringan dalam pengembangan bakat tersebut. Contohnya saja sebagai mahasiswa kita dipermudah dalam menjalankan praktik mengajar lewat les private. Dipermudah untuk mengeksplorasikan ide-ide kita ke dalam tulisan yang nantinya dapat disalurkan ke berbagai surat kabar, karena tak dapat dipungkiri banyak media cetak yang memberikan rubrik khusus untuk para mahasiswa. Berjualan seperti pulsa, baju dan lainnya pun serasa dipermudah dengan banyaknya teman maupun kenalan di dalam ataupun di luar kampus.  
Creativepreneur
Suatu keniscayaan pula, dalam menjalankan kerjaan tersebut pasti akan berhadapan dengan banyak tantangan maupun saingan. Maka dari itu, kreatifitas dan inovasi dalam menjalankan bisnis itu pun sangat diperlukan. Kalau dalam tulisannya Rahardi Ramelan (Republika, 12 Maret 2012) dikatakan, jika kelompok atau seseorang yang mengembangkan usaha pribadinya sesuai dengan skill atau kemampuan yang mereka miliki itu ia sebut sebagai skillpreneur.
Lain lagi bagi saya yang berpendapat kalau orang yang berwiraswasta dengan daya kreatifnya itu dapat dinamakan creativepreneur. Orang kreatif yang dapat mengubah sesuatu tak bernilai menjadi suatu hal yang ‘sesuatu’ banget. Orang kreatif yang kata Ippho Santosa dalam bukunya Marketing is Bullshit itu adalah orang tanpa batas (The Infinitive). Mereka menentang gagasan ‘segala sesuatu serba terbatas’. Sebab lewat beragam pendekatan, mereka bukan saja berhasil mengatasi keterbatasan, tapi mereka juga berhasil mengelola intuitif jadi infinitif, thoughts jadi things, sakit menjadi duit, konvensional jadi kontroversial, dan sosial jadi komersial.
Itulah salah satu sifat entrepreneur yang harus dijaga kelestariannya. Apalagi menghadapi dunia yang penuh dengan persaingan. Dibutuhkan suatu gebrakan yang kreatif dan “Wah” jika tak mau terlindas oleh pergerakan zaman. Oleh karena itu, sudah sepatutnya lah sifat tersebut di tempa sedini mungkin, khususnya bagi para pelajar yang sedang coba-coba menggeluti dunia ini.
Prioritas Utama
Memang uang bukanlah segalanya di dunia ini. Namun tetap saja, orang hidup pasti membutuhkan uang. Bahkan dari permasalahan inilah, orang dapat berbuat kejahatan yang seakan menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya. Uang seakan menjadi ukuran kebahagiaan materi di dunia ini. Sehingga banyak orang mencarinya, entah itu dengan cara yang halal atau haram.
Para mahasiswa pun juga tak dipungkiri membutuhkan uang. Maka dari itu, banyak diantara mereka yang bekerja sambilan. Alasannya pun beragam, ada yang murni untuk mendapatkan uang demi membantu orang tua membayar biaya perkuliahan. Ada yang ingin berlatih hidup mandiri, sehingga tidak selalu bergantung pada orang tua. Namun, ada juga yang beralasan untuk mendapatkan pengalaman.   
Hal itu tentu saja bersifat positif, selagi tidak mengganggu perkuliahan. Sebab, bagaimanapun juga seorang mahasiswa diamanati kuliah kan untuk mencari ilmu bukan mencari uang. Meskipun hal tersebut mengalami pengecualian dalam prioritas latar belakang alasan kerjanya. Melihat, tak sedikit juga orang yang kerja sambil kuliah, bukan kuliah sambil kerja.      
Lebih lanjut, selain seorang mahasiswa dapat belajar menghadapi kehidupan bermasyarakat nantinya. Para mahasiswa juga mendapatkan pengalaman yang tak ternilai harganya. Namun perlu diperhatikan juga, manajemen waktu dalam memprioritaskan kuliah atau kerja yang diutamakan. Karena orang yang sukses adalah orang yang dapat mengatur waktunya, bukan waktu yang mengaturnya.  

Monday, July 2, 2012

Rahasia dibalik Rahasia



Hari bertambah hari  benar-benar membuat ku merasa semakin bertambah pengalaman ku sebagai seorang hamba yang tak berdaya dalam menjalani kehidupan jikalau tanpa daya dan kuasa-Nya.
Allah..... hanya kepada-Mu lah segala urusan disandarkan. Hanya Engkau yang Maha Menentukan mana yang pantas atau yang tak pantas bagi setiap makhluk yang selalu dalam penguasaan-Mu. Hanya Engkau yang Maha Melihat setiap langkah dan gerak makhluk-Mu.
Hal itu jadi mengingatkan ku akan sms seorang akhi yang bernama Muhammad Yusuf Q.  kepada ku... dia ber-sms seperti ini:
“Ada begitu banyak hal terlewati begitu saja dalam hidup ini, tanpa berhasil kita maknai. Pengalaman pribadi atau orang lain serta fenomena alam yang bertaburan selayaknya dipetik  menjadi hikmah. Namun, tidak banyak manusia mencoba meraih hikmah tersebut. Kalau saja kita berkenan merenungi sejenak, maka akan kita temukan begitu kuasanya Allah SWT menciptakan alam ini dengan tidak sia-sia.
Hidup di dunia ini hanya satu kali, tak boleh gagal dan sia-sia tanpa guna. Tugas kita adalah menyempurnakan niat dan ikhtiar, perkara apapun yang terjadi kita serahkan saja kepada Allah Yang Maha Tahu yang terbaik bagi kita. Kita harus selalu sadar sepenuhnya bahwa yang terbaik menurut kita belum tentu yang terbaik menurut-Nya. Bahkan sangat mungkin kita terkecoh oleh keinginan dan harapan kita sendiri. Pengetahuan tentang diri kita atau tentang apapun amat terbatas, sedangkan pengetahuan-Nya menyelimuti segalanya. Dia tahu awal, akhir, dan segalanya. Satu kali lagi betapapun kita sangat menginginkan sesuatu, tetap hati kita harus dipersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapan kita. Karena, mungkin itulah yang terbaik buat kita.”

Yapzz kan.... ? segala sesuatu hanya bergantung pada Allah. Kita sebagai makhluk-Nya hanya dapat berusaha dan tawakal untuk menggapai segala keinginan dan kemauan kita, sementara untuk keputusan tergapainya keinginan tersebut itu adalah hak dan kuasa Illahi Robbi.
So, jangan pernah nyerah karena kita tak tahu ada apa dibalik setiap peristiwa yang sudah Allah gariskan kepada kita.. . ada rahasia dibalik rahasia kalau bahasa sufinya. Hehe… .

Misalkan kita mengalami kegagalan, kekurangan, kesedihan, dan kekalahan janganlah menyerah terlebih dahulu. Apalagi menyalahkan pada takdir. Sebeb sudah sepantasnya kita sebagai manusia untuk senantiasa untuk berjuang.
Bahkan semestinya pun kita banyak-banyak bersyukur karena sudah bisa diberi nikmat hidup, sehat, selamat, dll.. punya nikmat dan rahmat yang lebih dibanding yang lain.. . orang yang tuna netra, yang tak dapat melihat saja pun juga masih bersyukur banget sama Allah. Karena dia masih diberi tangan, kaki, dan masih diberi nikmat Iman serta Islam...
Lagian katanya d’Masiv kan “Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pastikan menunjukkan, kebesaran dan kuasa-Nya, bagi hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa.” Iya nggak guys.. . ?
Jangan menyerah.. . !! Jangan menyerah.. . !!

Ohya, ku juga pernah di sms teman ku kayak gini:
 “Ketika ku minta pada Allah setangkai bunga segar, Ia beri ku kaktus berduri. Ku pun minta pada-Nya hewan mungil nan cantik, Ia beri ku ulat berbulu. Ku sempat sedih, protes, dan kecewa. Betapa tidak adilnya ini, namun kemudian kaktus itu berbunga sangat indah dan ulat itupun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yan amat cantik.
Itulah jalan Allah.. . indah pada waktunya!
Allah tidak memberi apa yang kita harapkan, tapi Ia memberi apa yang kita perlukan, kadang kita sedih, kecewa, terluka tapi jauh diatas segalanya Ia sedang merajut yang terbaik untuk kehidupan kita.. . Subhana Allah.. . . . . .”
          Itulah rahasia dibalik rahasia.

          Walau keinginan dan kemauan kita belum tergapai ataupun tak terrealisasi, jangan menyerah ya guys. Semoga Insya Allah ini adalah awal dari kesuksesan kita dan ini merupakan jalan yang terbaik buat kita... karena aku yakin, Allah akan memberikan hasil sesuai dengan apa yang kita usahakan (Q.S An-Najm : 39. “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”) dan Allah bukan tidak mengabulkan do’a kita.. . melainkan Allah sudah mempunyai jalan yang terbaik buat kita untuk masa depan kelak. Insya Allah.. . J