Wednesday, September 4, 2013

Memperteguh Jati Diri Jateng

Gambar dari sini

Oleh: Hendra Saputra

            Sudah tentu harapan besar untuk mewujudkan Jawa Tengah (Jateng) menjadi lebih baik lagi diletakkan pada pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, yakni Ganjar Pranowo - Heru Sudjatmoko yang baru dilantik pada bulan Agustus kemarin. Karena pada keduanya lah bergantung nasib dan regulasi mengenai kebijakan di Jateng selama lima tahun ke depan.
Dengan visi, misi, dan serangkaian program unggulan yang dicanangkan oleh pasangan tersebutlah. Patutnya sebagai warga Jateng kita juga wajib hukumnya untuk mengapresiasi dan mendukung hal itu. Agar cita-cita menjadikan Jateng yang berdikari sesuai dengan visi dari pasangan tersebut bisa terwujud.
Sebuah visi yang mempunyai makna menjadikan Jateng yang bisa mandiri dan berdiri dengan kakinya sendiri. Adapun langkahnya dengan membangun ekonomi kerakyatanan, mewujudkan pemerintahan yang bersih, jujur, dan transparan dalam pelayanan publik serta memperkokoh jati diri Jateng itu sendiri, baik dari sikap masyarakatnya (baca:gotong royong dan tepa slira), keseniannya, budayanya, maupun dalam bidang lainnya.
Lebih lanjut, dalam realisasinya pun kiranya Gubernur dan Wakilnya patutnya mengingat perkataan Wodrow Wilson, mantan Presiden Amerika Serikat yang berkata bahwa “telinga seorang pemimpin harus mampu menangkap suara orang banyak". Sebab idealnya, seorang pemimpin adalah ia yang memiliki “telinga”. Telinga yang tidak hanya bisa digunakan untuk mendengar, melainkan juga mampu untuk mendengarkan. Sebagaimana takdir Tuhan yang telah menciptakan ia sepasang. Ia yang berada di kanan dan kiri kepala masing-masing orang.
Berbeda dengan mulut yang hanya diciptakan satu dalam setiap badan. Pastinya penetapan seperti itu juga ada maksudnya, yaitu agar manusia lebih banyak mendengarkan ketimbang berbicara. Dengan tidak mengumbar kata seenak udelnya sendiri (baca: janji palsu), tanpa bukti, tanpa dasar. Karena bagaimanapun juga, pemimpin yang baik adalah ia yang bisa menjadi pendengar yang baik bukan?

Maka dari itu, mulut dan telinga perlu dipelihara. Apalagi bagi seorang pemimpin yang telinganya tentu saja harus dibuka, sehingga ia kan menyimak dengan benar. Tentang hal-hal yang tak terekspresikan, tak terkatakan, tak terungkapkan oleh hati dan lisan. Barulah, bila ia sudah mendengar dan paham betul apa yang salah serta perlu dilakukan. Tentu saja, ia kan mampu memuaskan segala kebutuhan para pengikutnya.