Thursday, March 29, 2012

Aku Anak Siapa??



Hai,hai,hai,, ,, ,
Ketemu lagi nih…. Nda bosen kan??
http://www.emocutez.com


Nglanjutin tulisan kemarin “Tentang Sebuah Nama” yak.. .
Tapi kali ini mbahas gue (sewaktu bayi) yang katanya ketuker pas di Rumah Sakit’???


Masa’?? Trus LOE Berarti anak siapa dong??!


Ya, sabar, sabarrrr….. entar gue jawab… !!!
Loe-loe semua tau kan kalo gue lahir di Jakarta?? He… bagi yang belum tau patut baca tulisan gue yg judulnya Tentang Sebuah Nama, Oke?
http://www.emocutez.com


Jadi begini…
“Eak, eak…” suara bayi memecah kegundahan Bapak ku yang menunggu di luar ruangan. Senyumnya langsung mengembang ketika menemukan suara jabang bayi dari ruang bersalin Ibu ku.
Bapak ku pun masuk… ia melihat ku sedang dimandiin. Tapi kata Bapak ku susternya sadis… masa gue pas mau dibawa ke westafel dipegang kakinya trus diangkat aja gitu kayak mbawa bungkusan nasi rames.

"tapi kaki ku yang dipegang ma suster bukan tangannya.."


Kayak foto ntu…
#itulah asal mula terciptanya lagu di atas normal

“ Pikiran ku, tak dapat ku mengerti
Kaki di kepala, kepala di kaki “
By. Peterpan


G cuman itu aja… bahkan kata Bapak ku, gue langsung dimandiin pake air dingin. Nda pake air anget, padahal kan tubuh gue saat itu amat lemah n peka.
Tapi mungkin berkat itu pula, makanya tubuh ku kebal…


Aku anak sehat…
Tubuh ku kuat.. .
Karena suster ku sadis dan gawat
Semasa aku bayi selalu di beri trasi
Makanan berkerikil dan juga ilmu beraksi
#gubahan lagu anak sehat


Meskipun demikian, gue ucapin terimakasih yang seluas-luasnya kepada Bu Dokter dan suster yg tlah membantu memunculkan ku ke dunia ini… Thanx U so much laaahhhh pokok.e…. :D


Jadi gimana Ceritanya?


Sabar, sabar…. #waaaaajedigg…. .
http://www.emocutez.com 

Setelah aku dimandiin gue pun dipindahin ke ruangan khusus bayi. Kalo kata Bapak ku sih ruangannya kayak Oven gitu. Disitu banyak juga bayi-bayi yang lain… BaNyAk LooOHhH…!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Makanya Bapak ku takut kalo gue ketuker ma bayi yg lain.
Bapak ku pun langsung menge-check-nya, sebab bagaimanapun wajah ku kan wajah ganda. Bisa cewek bisa cowok. “kata orang2X sihh…” #baca: mirip cewek jg cowok


Emang sih ortu ku tu pengennya anak perempuan, soalnya kan anak pertama udah cowok. Yaitu Kakak Ku, Mas Heru.
Tapi apa mau dikata, aku juga cowok.
^_^


Nah, itulah salah satu hal yg membuat aku hampir aja ketuker… tapi padahalkan kaki gue jg udh dikasih tanda kalo itu anak (Ibu Herlin) Ortu gue.
#mungkin Bapak ku aja yg terlalu khawatir yak….


Eits, betul tuh Bapak Loe. Entar kalo loe ketuker kan kasihan, entar malah dibuang di jalan gimana??! Wkwkwkwkwkwk…


Apa Loooooe bilang??
#hatydccaaaaaaaaaaaaaaaaa…………
  
http://www.emocutez.com

http://www.emocutez.com

@selang beberapa hari dari peristiwa itu

            Ada teman orang tua ku juga yang belum lama ini melahirkan, ia sangat menginginkan anak laki-laki. Tapi dikasihnya perempuan, berbanding terbalik sama ortu ku. Karena hal itu lah mereka akhirnya menawari ortu ku buat tukeran.
“Haaa….. g salah tuh tukeran??” ucap ku pas bayi
Hehe…. . . ;)

Namun, bonyok gue tetep dong memepertahanin gue. Kan gue Unyu-unyu masak mau dituker ma yg laiiiiinnnnnnnnnnnn… . . . .
:D

Intinya, syukuri aja lah ma yg diberikan ma Tuhan. Toh, Dia kan yang lebih tahu mana yang terbaik buat kita. Entah itu dikasih baby cewek or cowok.


Sok Bijak Loooooeee…. !! J

Masih hidup loooe yah….. #takdess!!!

http://www.emocutez.com


I think inaff lah yak…. . entr malah bosen kepanjangan…
C-u in the other possssssst……………….

Salam Sang Pemimpi!!
Penembus batas………… . . . .
http://www.emocutez.com 


#Tinggalkan jejak jika anda bukan robot !!!!!
*_=

Wednesday, March 28, 2012

Rindu Penglihatan


http://www.emocutez.com
Diam
Mengharap damai
Walau sekejap tubuh ini nyaman
Dalam buai angan keindahan

Cukup sejenak kemudian
Rasa tak punya kawan
Hadir dalam penglihatan
Hinggap, seperti burung terkebiri awan
Peluk resah rasa sendirian

Jauh dalam pandangan
Bermimpi bertemu di ujung pertemuan
Diam
Hanya ingin diam meratapi alam

Ruang Penghampaan, 11:31/10/31/11

Thursday, March 22, 2012

Makna Sebuah Pertemuan??


Pernah g kalian ketemu seorang cewe or cowo trus kalian mrasakan
something yang g bisa kalian lupain??
            Maybe, banyak orang bilang kalau itu chemistry (kimia)… hehe….

Kalo pernah, jawab aja pernah, oke…?  g usah malu-malu, apalagi unyu~unyu`… .
http://www.emocutez.com


Nah, berdasarkan pengalaman tersebut, apakah kalian percaya adanya cinta pada pandangan pertama???
Jawab: ……………………
http://www.emocutez.com

Ngomongin masalah pertemuan jadi teringat sebuah film. Film yang juga diangkat dari Novel yang berjudul Kehormatan Dibalik Kerudung. Dalam film itu dikatakan,




“……….. kalau kita tidak saling ketemu dan tak saling mengenal itu hanya menyisakan bayangan. Karena pertemuan pertama akan menyisakan rasa penasaran. Dan pertemuan kedua hanya menyisakan rasa rindu……………”
“Maksudnya?”
“Biar takdir yang mempertemukan kita….”

Begitulah qra2 cuplikan dialognya.



*Back to first meet
Jadi apakah kalian setuju dengan perkataan dalam dialoegue itu??

Pertemuan pertama=Penasaran
Pertemuan kedua=Rindu
Pertemuan ketiga=apa dong???
http://www.emocutez.com


Ayo kita diskusiin bareng2 masalah ini…….hehe….
Don porget to comen…. J


http://www.emocutez.com

Monday, March 12, 2012

Secangkir Kopi Kenikmatan


From Pakde Google


            Pagi menyusupi kala. Menegaskan malam telah berakhir dalam peluk hangat surya. Membuka cakrawala baru kehidupan bak sebuah bola. Tetap berputar selalu, meski tak beraturan arahnya. Langit biru terang, awan putih berarak menari sesuka hati dengan angin. Suasana dingin tak jadi soal setelah datangnya kopi penghangat angan. Didatangkan oleh seorang perempuan muda dengan sunggingan senyum manis terpajang. Membuat aku mabuk kepayang saja.
Hari di akhir pekan memang sungguh mengasyikkan, penuh kenangan kemauan. Perempuan itu duduk di sebelah kursi rotan panjang. Di samping kursi, tempat ku baca koran. Indah nian, ku lirik pemandangan di pinggir pojok mata kanan. Terpampang seorang perempuan yang senantiasa memberikan secangkir kopi kenikmatan akhir pekan.
Wajah manjanya selalu terbayang dalam mimpi malam. Roman tirus putih pualam. Menawan. Membuat ku tak bosan untuk memandang. Setiap detik, menit yang terbuang berduaan. Mistisnya merenggut kesadaran jiwa akan kehidupan.
Perempuan yang rajin bangun pagi, dimana yang lain kesiangan. Bersih-bersih menyapu lantai. Setelah itu membuat sarapan bersama yang lain. Mandi, berangkat menunaikan pekerjaan. Itulah aktifitasnya keseharian. Berbeda dengan akhir pekan yang ceria dalam liburan. Ia selalu luangkan hari itu bersama ku bercanda riang. Selama secangkir kopi belum selesai tertunaikan.
“Mas, ada kabar apa di surat kabar?” tanyanya manja sambil mencuri kata-kata di Koran yang ku baca.
“Ini, ada kebakaran di Pasar sebelah dek.” sahut ku memandang penuh senang.
“Pasar Esuk di depan Pengadilan itu ya Mas?” ujarnya memastikan.
“Iya dek.” jawab ku sembari tebar senyum manis. 
Sari, itulah nama perempuan tersebut. Perempuan yang kupanggil adek, karena sayangnya. Perempuan desa yang menjadi amanah dari orang tuanya bagi ku. Pun telah tiga tahun ia menetap dengan ku. Ia periang, rajin, dan menurut kepada ku. Tak pernah ia berkata tidak, jika aku ingin sesuatu.
Ia gadis desa pilihan, yang masih lugu dengan pergaulan. Ia amat senang berbicara kota metropolitan, yang katanya penuh keajaiban. Lampu berkelap-kelip, gedung tinggi menjulang, seperti ingin meraih langit kedelapan. Walaupun kehidupannya sangat keras menghujam, kota memberikan sebuah kepastian akan kesenangan.
Hingga akhirnya ngalor-ngidul pembicaraan tersenandungkan. Hati kami telah satu padu oleh kasih sayang. Sampai waktu seakan lama bisa memisahkan, meski berkisar menunggu tenggakkan terakhir secangkir kopi pagi hari.
Aku cinta Sabtu, akhir pekan.
***
            Indah sekali hari ini, langit biru tanpa awan. Mentari bertengger hangat di ufuk timur. Membuka pintu para burung mengais penghidupan. Kontras dengan ku, yang hari Minggu ini bermimpi bertemu bidadari. Bidadari yang elok dalam angan sanubari utopis panjang tanpa peduli bangun kesiangan. Aku kagumi akhir pekan, aku hargai dan rindui hari itu untuk sebuah kelengahan dari penat pekerjaan. Sebab, Sabtu dan Minggu adalah hari yang ku nanti sejak hari senin bergulir.
            Seperti biasa Sari memberikan ku secangkir kopi di pagi hari. Ia kelihatan ayu dengan jepit belakang rambut panjangnya. Ku hirup kopi itu pelan. Tubuh ku agak hangat kemudian. Dengan tangan memegang gagang kopi, ku pandangi wanita itu. Ia menunduk tersipu malu. Aku taruh gelas kopi, ku hampiri tubuh bidadari semalam. Tepi mulutnya ku hirup perlahan. Aku tak kuasa menahan. Gelora ketidakpastian, bergelayut. Ku ajak ia ke belakang, memadu di bawah senja temaram lampu bohlam.
            Mengeja kenikmatan kopi akhir pekan memang sungguh susah diceritakan. Seperti membaca isyarat heliograf di kala senja. Sukar diungkap, tapi berharap tak akan terungkap. Kisah kopi akhir pekan mengalahkan lukisan indah sang maestro kanvas. Juga tak ada puisi satu pun yang mewakili kenikmatan ketika menegukknya. 
            Peluh merapat, menghujam setiap angan badan. Tak jadi persoalan bila waktu berhenti berjalan. Yang penting tetap berduaan dalam senda rintihan. Tak mau tahu awan mendung mau hujan atau daratan terhujam badai gelombang. Yang penting masih berpagu dalam tirai kepuasan.
            Penutup ku kenakkan ketika semuanya usai. Ia ku baringkan dengan lembut. Ku hirup kopi akhir pekan, pertanda berakhir kisah pekan ini. Kututup dengan hirup mesra berucap ‘terimakasih’. Aku kembali ke ruang berkumpul, menonton acara hiburan kartun akhir pekan.
            “Mas, Aku mau pergi arisan dulu ya.” ucap Ratna, Istri ku berpamitan.
            “Iya sayang. Perlu dianter nggak?” tawar ku padanya.
            “Nggak usah mas, deket kok di Rumahnya Bu Erni.” tolaknya disusul dengan kecup kening perpisahan.

            Ruang Penghampaan, 13:57 / 10 / 31 / 11

Amnesia Hari Pertama Kuliah


Tanggal (6/3) 2012 menjadi hari pertama kuliah gue untuk semester 4.
Hyyyyyyaaaaaaaachh…. Akhirnya stlah seabad, 5 tahun, 8 bulan, 1 minggu, 1 setengah hari libur…… kuliah jugggaaa….. comeback to monoton waysJ
But impressive…. :B

http://www.emocutez.com

Tanggal 6 Hari Selasa lohh yach… Hari itu gue sebetulnya berangkat pake motor ma Ajam. Tapi karena macet…

Hah macet?? Kayak Jakarta ajah…

Bukan macet banyak kendaraan, but karena ketemu temannya Ajam pas dijalan tepatnya di warung Ijo (Warung langganan gue). Akhirnya gue disuruh berangkat ndiri, maklumlah kami kan juga beda jurusan. Sementara temannya itu kan jurusannya sama ma dia.
Gue pun nerusin perjalanan pake motornya Ajam tentunya.


Motor astrea greeeeeeeeeeennnn loh.....


Sesampainya dikampus gue inget, tadi sebelum berangkat dah ngecek jadwal kuliah di gedung K9. Eh.eh.eh…… gue malah lupa gedungnya!!
Kok Bisa?? Trus gimana akhirnya????!

Ya bissaa… buktinya///
Gue Naruh motornya di gedung D, trus gue kira juga bangunan gedung D ntu K. jadi gue hampir masuk ke ruang kelas gedung D9 dehh…. Untung aja insomnia. Eeehhhh salah, amnesia (atau ngantuk??) gue sembuh. Jadi gue langsung bablas ke gedung K9…

Yang lebih gaswat lagi, masa gue lupa ma jam kuliah?
----====;;lB

http://www.emocutez.com

Gue kan pada hari itu kuliah jam kedua ma kelima. Nah setelah selesai kuliah digedung K9 itu gue bolak-balik. Ke Perpus Kampus 3 ma Kampus 2. Mumpung ada motorrr…. #seringai pengemis dapat uang 5 juta..>

Setelah itu, gue menetap di depan perpus kampus 2 bwt hotspotan… mbil nunggu jam kuliah mulai. Daripada balik kos, mbuang waktu + capek +  takut nanti brangkt kuliah pas jam kelimanya g pake motor…. Hehe….

Yang gue g yakin kenapa gue jadi g inget yak, jam keliama itu jam berapa???
Akhirnya gue sms ke temen2 jurusan smw…
Dan Zuhri menjawab:

Jam 14.40 WIB..
Yaaaaa… itulah jam kelima. Amnesia gue sembuh…. ^+^
http://www.emocutez.com

Wednesday, March 7, 2012

Sarat Makna




Apa guna teman?
Tak mengerti bahwa air menghancurkan batu
Tak tahu debu mengelilipkan mata
Mengerti kah?

Maknanya?
Slogan bagai sisi mata uang
Bunga pada kelopaknya
Bermakna?

Kupertanyakan?
Yang seperti apa?
Apa kah ada?
Tak seorang diri mungkin baik
Tapi, pelengkap itu tak ada kah yang bisa mengetahui?

Sepertinya sukar
Sarat makna
Makna yang tak dapat diterka
Susah


Ruang Penghampaan, 06:59, 30 Agustus 2011

Topeng Duka


Saking: http://milis-bicara.blogspot.com/2011/12/topeng-diri.html

          Dua belas tahun sudah hubungan itu terjalin antar dua insan manusia. Ikatan suci yang diharapkan hanya satu kali seumur hidup dijalani. Tak ada kata pisah dalam tali itu, hingga ajal yang akan berkata sendiri. Memisahkan dua hati dalam satu jiwa yang terikat.
          Dari dua belas tahun, sejoli itu hanya dititipkan satu buah hati. Seorang dara yang sekarang menginjak usia sebelas tahun. Kulitnya putih, bersih dengan mata elang seperti ibunya yang meski umurnya sudah menginjak kepala tiga tetap terlihat muda. Sementara hidung dan dagunya seperti ayahnya yang tirus dan dagunya lebah bergantung. Perpaduan dari dua manusia berbeda ciptaan Tuhan.
Seperti halnya seorang ayah pada umumnya, laki-laki setengah baya pemilik hidung tirus itu pun seakan selalu khawatir dengan keadaan anak semata wayangnya itu. Sehingga yang timbul adalah tindakan over protective pada Dinda, gadis pemilik garis keturunannya.
Dari perasaan itu, Dinda selalu dilarang pergi dengan kawanannya. Apalagi kalau sampai senja hilang dipermukaan dia belum pulang kesangkarnya, pasti ayahnya akan mencari kesana-kemari. Telpon teman-teman dekatnya pun akan ternadakan, dari orang yang berinisial A sampai Z.
Tapi hal itu, kini sudah tak dirasakannya lagi. Tak ada lagi kata jangan yang keluar dari seseorang yang selalu melarangnya. Ketika waktu telah berkata pada sang takdir, “ini sudah waktunya.”
***
          Kabut malam bergelayut merayapi atap bumi. Angin pergantian waktu menyapa dengan kekhasannya. Membawa ke dalam memori lalu yang bergelayut. Masih jelas dalam ingatannya perpisahan Kelas 6 SD yang baru diikutinya tiga bulan lalu. Masih jelas wajah kedua orang tuanya yang hadir dalam kegembiraan melihat anaknya naik podium untuk meraih tempat sang juara dari sekolah.
          Tercetak jelas dalam ingatan, lekuk kerut senyum yang mengembang dari kedua orang tuanya. Berharap itu akan selalu mengenang untuk diingat bagi keduanya. Menjadi bayangan indah dalam benak sanubari, yang semoga akan berucap bangga padanya.
Gadis bermata elang itu masih menatap jauh keluar jendela depan rumahnya. Jauh menerawang khayalan emas ke langit lepas, tanpa terhalang pekat malam yang terulas. Dari sofa ruang tamulah ia memandang keluar rumah, menanti ibunya pulang segera. Sebab sudah lewat dari jam kerja biasanya, tapi tak pulang jua.
“Din, ibu kamu belum pulang juga?” tanya bapaknya.
“Iya pak, belum pulang. Bapak ndak khawatir?”
“Ya khawatir…” jawabnya kalem menyiratkan nada cemas.
Suara deru motor dan decitan rem mengisi gendang telinga. Suara yang direspon berasal dari luar rumah. Dinda pun melongok lebih dekat ke jendela supaya mendapatkan fokus gambar asal suara itu. Ayahnya menyusul dengan membuka tirai jendela yang berada di samping pintu.
  Terlihat seorang wanita turun dari boncengan sebuah motor yang dikendarai pria berhelm hitam. Dalam temaram lampu yang kekuningan wanita itu melambaikan tangan, saat motor itu melaju menerpa angin malam. Sesaat yang terlihat hanya punggung sang pengendara tersebut, sebelum akhirnya hilang dipersimpangan jalan. Menyisakan aroma kenangan berdua.
Wanita itu pun masuk kerumah bercat putih dengan jendela cokelatnya. Sebelum gagang pintu terpegang, pintu itu telah terbuka. Tampak seorang laki-laki dengan gips kayu yang dililit perban di lengan tangan kanannya.
“Kok baru pulang bu?” ucapnya dari bibir pintu.
“Iya pak, ada lemburan. Dinda mana pak? Udah pada makan belum?” balasnya cepat seraya masuk ke rumah.
“Belum bu, soalnya nunggu ibu pulang dulu.” seru Dinda dari arah sofa sebelah kanan pintu.
“Ya udah, yuk makan dulu. Ini ibu bawa soto kambing.”
 “Emang ibu udah gajian? Kok setiap ibu pulang malam, selalu bawa makanan enak.” tanya Dinda polos.
“Ibu kan lemburan.” jawabnya dengan nada datar berarti, kemudian tersenyum sarat makna.
Akhir-akhir ini, wanita itu memang selalu pulang telat kerumah. Pulangnya pun selalu bersama pria helm hitam itu. Pulang dengan bingkisan dan seulas senyuman bahagia tanpa merasa lelah setelah bekerja disebuah Pabrik Konveksi dari pagi.
Alasan yang janggal dan membingungkan suaminya. Menjadi pikiran, lemburan masa hampir tiap hari. Tapi, dia tetap beperasangka apik pada istri tercintanya itu. Meski tak dapat dipungkiri hatinya tercabik dan panas oleh kedekatannya dengan yang lain.
Dia menyadari setelah kecelakaan mobil yang disopirinya masuk ke jurang. Dia sudah hampir dua bulan tak bekerja, sebab tangannya masih sakit untuk digerakkan. Perihal kejadian tersebut pula ia harus beristirah dirumah dan membiarkan istrinya sendiri yang bekerja untuk menutupi biaya rumah sakit, hidup keseharian, biaya perbaikan mobil yang masuk jurang. Walaupun itu dibantu sang pemilik mobil sebesar 75 %, tapi tetap saja dirasa berat bagi keluarga kecil ini.
          Hanya bisa berharap semoga tangannya lekas sembuh, sehingga dia tak hanya berpangku tangan dirumah. Dia lah kepala keluarga yang harus bertanggung jawab memberi nafkah. Bukan istrinya. Yang rela pulang malam terus untuk lemburan demi kepulan dapur dan selesainya lilitan masalah.
Omongan tetangga yang mengatakan bahwa istrinya sering pulang malam dengan pria lain pun jadi perbincangan. Hati seorang suami mana yang tak terbakar mendengar pernyataan itu. Tapi, dia bisa apa? Tak ada bukti, tak pernah matanya terguncang langsung menatap perbuatan tak berperasaan istrinya itu, seperti yang orang-orang perbincangkan. Dari yang berpegangan tangan sampai kecupan mesra, menurut omongan ibu-ibu diwarung nasi pagi hari.
Hanya rasa percaya yang dapat dititipkan pada istrinya itu. Karena sudah sepantasnya begitu, dalam hubungan yang sudah kian tua dan dewasa. Berpikiran bahwa dalam cahaya mentari yang menyengat, tetap masih ada cinta yang hangat. Itu amatlah penting. Biarlah awam berkata apa, terserah wudel mereka. Jelasnya biarlah hanya hati yang memberi penilaiannya sendiri.
***
          Hari duka terselimut di wajah Dinda dan ibunya. Ketika mendapati pemimpin keluarga mereka dipanggil Yang Maha Kuasa. Setiap pertemuan harus ada perpisahan. Meski berat untuk diterima itulah keputusan dari hakikat manusia yang pasti kembali. Keperaduan, setelah lelah berlayar menerjang hayat yang kadang tenang dan bergelombang.
Saat malam hari setelah istrinya pulang, dia pergi membeli obat untuk istrinya yang berucap sedang pusing dan masuk angin. Laki-laki itu berjalan menyusuri jalan raya yang sudah sepi sembari memijit-mijit pergelangan tangannya, mencari apotek yang masih buka. Sebelum akhirnya suara raungan motor berkelabat hitam dari atas sampai bawah menyapanya keras.
Tubuh itu terpelanting, jauh. Terhenti oleh sebuah pohon asem besar yang bertengger di pinggir jalan. Pohon yang menjadi mitos penduduk, setiap tahunnya pasti akan memakan nyawa sebagai tumbal. Hembusan udara pun terlaksana untuk terakhir kali.
Kuda bertopi hitam itu pun berkelabat menembus angin malam. Setelah tergelincir dengan suara bising, decitan rem, dan gas. Menyapu lantai jalan dengan pakaian atas bawahnya. Bergerak, was-was melaju. Berbagai mata berkumpul dalam hanyutan peristiwa. Berbagai cahaya menjadi satu, setelah itu memencar kerumah korban, pengobatan, dan kepolisian.
***
          Masih tercetak jelas aura kesedihan dari ke dua roman wanita itu. Setelah empat hari dari hari duka. Sang gadis tiduran melayang menatap langit-langit kamarnya yang putih ditemani semburat cahaya dari lampu kamarnya. Bertopeng seperti tokoh pewayangan Semar yang selalu mewek.
           Wanita setengah baya pun juga begitu, menampakkan wajah sendu di depan cermin riasnya. Terlihat kerut diwajahnya, terlukis gundah, sedih, dan tak sabar. Hatinya melayang-layang entah sampai kedataran mana. Sesekali berhembus nafas panjang seraya memoles wajahnya. Hingga berkeringat kembali, rasa khawatir dan geram pun terlewat. Sebelum akhirnya terdengar deru mesin di pelataran rumah.
          Wajahnya yang menggunakan topeng merah putih itu pun riang. Diiringi bintang yang berkelip manja di pangkuan sang alam. Dia duduk berpeluh ria sebelum udara malam menyeret peluhnya, berganti hangat dengan lingkaran tangan dibadan penunggang kuda besi hitam itu. Pengendara dengan topi hitam dan kaca beningnya.  

Bukit Walisongo Permai, 07:47 AM, Kamis, 29 September 2011.